Sambatan biasanya dilakukan ketika salah seorang warga menyelenggarakan sebuah acara atau dalam bahasa jawa dikenal dengan istilah “duwe gawe” seperti membangun rumah atau melangsungkan sebuah walimah seperti pernikahan atau khitanan. Sambatan dilakukan secara bersama-sama, biasanya warga dalam sebuah desa atau dusun mengerjakan pekerjaan mulai dari persiapan sampai acara yang diselenggarakan selesai. Mereka menyiapkan berbagai hal yang berhubungan dengan acara tersebut secara bersama-sama. Karena jika ada salah satu warga tidak hadir dalam acara sambatan ini maka orang tersebut bisa dikucilkan oleh warga.
Ketika salah seorang warga akan melangsungkan acara perrnikahan maka mulai dari H-1 warga sudah memulai kegiatan sambatan tersebut. Bapak-bapak menata lokasi yang akan digunakan untuk acara, sedangkan ibu-ibu menyiapkan konsumsi di dapur. Sambatan berakhir ketika H+1 mereka membereskan segala sesuatunya. Biasanya satu minggu sebelumnya warga sudah diminta oleh tuan rumah untuk rapat pembentukan panitia untuk pembagian tugas ketika sambatan dalam acaranya. Jadi setiap warga sudah melakukan tugas yang sudah dibebankan kepada mereka sesuai rapat yang sudah dilakukan.
Sambatan dilakukan secara bergantian antara satu warga dengan warga yang lain. Jadi ketika ada salah satu warga yang memiliki acara maka secara otomatis semua warga akan membantu berlangsungnya acara tersebut. Mereka siap membantu kesuksesan acara itu sampai selesai. Bahkan, ketika malam hari H ada diantara mereka yang tidak tidur semalam suntuk, hal ini biasanya disebut dengan lek lek an. Untuk menghilangkan rasa kantuk mereka biasanya bermain catur atau kartu.
Sisi baik dari sambatan adalah warga yang melakukan sambatan tidak diberi upah sepeser pun. Yang mendapatkan upah hanya mereka yang ditunjuk oleh tuan rumah untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat khusus seperti pencuci piring, pembuat minuman, dan penanak nasi. Mereka hanya bergantian membantu saja satu sama lain. Sistem balas budi sepertinya yang menjadi dasar dalam sambatan ini. Ketika salah seorang sudah dibantu maka dia juga harus gantian membantu warga yang lain ketika memiliki acara.
Sambatan hinggga saat ini masih dilestarikan di kalangan masyarakat dusun Maitan, Tamanan, dan Tanjungan. Tradisi ini dianggap mampu menyatukan keakraban dan persaudaraan antar warga, sehingga mencerminkan sidat-sifat kebersamaan dan menghilangkan sifat-sifat individualisme antar warga.
0 komentar:
Posting Komentar